Kronologi Tragis Penemuan Jasad Hijra: Dari Tugas Menagih Hingga Pesan Terakhir yang Bikin Merinding

Kronologi Tragis Penemuan Jasad Hijra: Dari Tugas Menagih Hingga Pesan Terakhir yang Bikin Merinding

Sarjo, Pasangkayu – Warga Sarjo, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat digemparkan oleh penemuan jasad seorang perempuan bernama Hijra, petugas penagihan di perusahaan pembiayaan PNM, yang ditemukan meninggal dunia dalam kondisi mengenaskan di area kebun kelapa pada Minggu pagi (21/9/2025) sekitar pukul 08.00 WITA.

Kronologi Kejadian

Peristiwa bermula pada Sabtu, 20 September 2025, ketika Hijra mendapat tugas menagih cicilan ke rumah salah seorang nasabah di Sarjo. Awalnya, ia dijadwalkan pergi bersama seorang rekan kerja. Namun, atas takdir Allah (qodarullah), rekannya mengalami kecelakaan kecil (jatuh dari motor) sehingga tidak bisa ikut, dan Hijra pun berangkat seorang diri.

Motor Korban.

Siang harinya, Hijra sempat mendatangi rumah nasabah tersebut, namun istri nasabah tidak berada di rumah. Ia pun kembali. Menjelang malam, sekitar pukul 21.00, Hijra kembali mendatangi rumah itu, kali ini atas permintaan suami nasabah.

Di rumah tersebut, hanya ada suami nasabah. Pria itu mengatakan uang cicilan tidak cukup, dan mengajak Hijra pergi ke rumah pamannya untuk mengambil tambahan uang. Hijra akhirnya dibonceng oleh pria tersebut.

Pesan Terakhir Korban

Saat dalam perjalanan, Hijra sempat mengirimkan pesan WhatsApp kepada temannya pada pukul 21.55 WITA. Ia menulis bahwa ia sedang dibonceng dan merasa curiga karena tidak ada rumah yang dilewati. Hijra juga meminta doa agar dirinya selamat.

Pesan terakhir yang dikirim Hijra pada pukul 21.57 WITA berbunyi:

“Saya takutnya orang ini ba dendam.”

Setelah itu, komunikasi terputus. Upaya temannya menghubungi kembali pada pukul 22.48 tidak mendapat jawaban.

Keesokan paginya, sekitar pukul 08.00–09.00 WITA (21/9/2025), warga dan keluarga yang melakukan pencarian menemukan jasad Hijra di area kebun kelapa. Kondisinya sangat mengenaskan: bagian belakang kepala pecah, wajah penuh darah, tangan patah, mulut diikat dengan tali BH, puting payudara sebelah hilang, dan korban hanya mengenakan pakaian dalam.

Penemuan ini membuat keluarga dan warga sangat terpukul. Pihak keluarga menyebut hingga kini mereka masih sulit menerima kenyataan tersebut.

Dugaan dan Penyelidikan

Sebelum peristiwa ini terjadi, tetangga sempat mendengar bahwa suami nasabah pernah mengatakan soal “kapan penagih datang” dan pernah cekcok dengan istrinya. Hal ini semakin menguatkan dugaan adanya dendam atau motif lain.

Saat ini, suami-istri nasabah telah ditahan oleh pihak kepolisian dan berstatus tersangka. Namun, sang suami masih belum mengakui perbuatannya. Pihak berwenang juga masih menunggu hasil visum dan autopsi untuk memastikan apakah korban mengalami kekerasan seksual sebelum dibunuh.

Informasi kronologi kasus ini diperoleh dari Suci Ramadani, teman korban semasa PKL dan alumni SMK Muhammadiyah 1 Palu tahun 2024, yang juga masih memiliki hubungan keluarga dengan korban.

Tragedi ini menjadi perhatian besar masyarakat Pasangkayu, khususnya karena korban adalah seorang perempuan muda yang bekerja dengan niat baik untuk menunaikan tugasnya. Pihak keluarga, rekan kerja, dan masyarakat berharap agar kasus ini segera terungkap dengan jelas, pelaku dijatuhi hukuman setimpal, dan keadilan ditegakkan.